A. Latar Belakang
Penyakit infeksi
kecacingan merupakan salah satu penyakit yang masih banyak terjadi di masyarakat namun kurang
mendapatkan perhatian (neglected
diseases).
Penyakit yang termasuk dalam kelompok neglected diseases memangtidak
menyebabkan wabah yang muncul dengan tiba-tiba ataupun menyebabkan banyak korban, tetapi merupakan penyakit yang
secara perlahan menggerogoti kesehatan manusia,
menyebabkan kecacatan tetap, penurunan intelegensia anak dan pada akhirnya dapat pula menyebabkan kematian.
Salah satu jenis
penyakit dari kelompok ini adalah penyakit kecacingan yang diakibatkan oleh infeksi cacing kelompok Soil
Transmitted Helminth (STH), yaitu kelompok
cacing yang siklus hidupnya melalui tanah. Penyakit parasitik yang termasuk ke dalam neglected diseases
tersebut merupakan penyakit tersembunyi atau
silent diseases, dan kurang terpantau oleh petugas kesehatan.
Cacing tambang
merupakan salah satu cacing yang dapat menyebabkan kehilangan darah bagi penderita sehingga sangat
memungkinkan terjadinya anemia. Terjadinya
anemia diduga karena adanya bekas gigitan cacing tambang pada dinding usus yang relatif sulit menutup akibat
adanya enzim cacing yang memiliki sifat
sebagai antikoagulan sehingga darah sukar membeku.
Kejadian infeksi
cacing tambang pada suatu wilayah biasanya saling menyertai
antara 3 spesies cacing usus penyebabnya, yaitu Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang. Di Ekuador,
kejadian infeksi cacing usus ini ditemukan
sebanyak 48 % pada anak dengan infeksi cacing tambang sebesar 24,1 %. Jumlah kejadian tidak mengalami penurunan
setelah dilakukan pengobatan dengan
rentang waktu 9 bulan.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Infeksi Cacing Tambang
Infeksi cacing
tambang pada manusia terutama disebabkan oleh Ancylostoma
duodenale (A. duodenale) dan Necator americanus (N. americanus). Kedua
spesies ini termasuk dalam famili Strongyloidae dari filum Nematoda. Selain kedua spesies tesebut, dilaporkan
juga infeksi zoonosis oleh A. braziliense dan
A. caninum yang ditemukan pada berbagai jenis karnivora dengan manifestasi klinik yang relatif lebih
ringan, yaitu creeping eruption akibat
cutaneus larva
migrans. Terdapat juga infeksi A. ceylanicum yang diduga menyebabkan enteritis eosinofilik pada manusia.
Diperkirakan terdapat 1 miliar orang di seluruh
dunia yang menderita infeksi cacing tambang dengan populasi penderita terbanyak di daerah tropis dan subtropis,
terutama di Asia dan subsahara Afrika.
Infeksi N. americanus lebih luas penyebarannya dibandingkan A. duodenale, dan spesies ini juga merupakan
penyebab utama infeksi cacing tambang di
Indonesia.
B. Faktor resiko
1. Lahan pertanian
Area pertanian
merupakan lahan tanah yang relatif gembur karena seringnya
mengalami pengolahan oleh para petani untuk penanaman tanaman pangan. Kondisi tanah yang gembur ini sangat
memungkinkan menjadi tempat
perkembangbiakan cacing tambang mengingat cacing tambang berkembang biak pada tanah pasir yang gembur, tercampur
humus dan
terlindungi dari
sinar matahari langsung.
2. Sanitasi sekolah
Sanitasi sekolah
khususnya sekolah dasar sangat dimungkinkan menjadi
salah satu penyebab terjadinya infeksi cacing tambang pada anak. Anak usia sekolah dasar merupakan anak yang
memiliki frekwensi bermain relatif tinggi, baik
di sekolah maupun di rumah. Perilaku bermain ini tentu tidak dapat dilepaskan dari terjadinya kontak
dengan tanah halaman sekolah.
3. Sanitasi rumah
Lingkungan rumah
merupakan tempat berinteraksi paling lama dari anggota
keluarga termasuk di dalamnya adalah anak. Kondisi lingkungan rumah yang baik dalam hal sanitasi akan membantu
meminimalkan terjadinya gangguan kesehatan
bagi penghuninya. Anak usia sekolah merupakan anggota keluarga yang masih harus mendapatkan pengawasan
dalam aktifitas kesehariannya.
4. Status
pemeliharaan binatang piaraan (kucing dan anjing)
Beberapa spesies
cacing tambang dapat ditularkan melalui binatang (zoonosis).
Binatang anjing dapat menularkan A. brazilienze dan A. caninum. Sementara kucing dan anjing juga dapat menularkan
A. ceylanicum. Adanya kontak antara
manusia dengan kotoran binatang yang menjadi vector merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi
cacing tambang pada
manusia.
5. Keberadaan cacing
tambang pada tanah halaman rumah
Dikaitkan dengan perilaku bermain anak tanpa alas kaki Tanah merupakan media yang mutlak diperlukan oleh
cacing tambang untuk melangsungkan
proses perkembangannya. Telur cacing tambang yang keluar
bersama feses pejamu (host) mengalami pematangan di tanah. Setelah 24 jam telur akan berubah menjadi larva tingkat
pertama (L1) yang selanjutnya
berkembang menjadi larva tingkat kedua (L2) atau larva rhabditiform dan akhirnya menjadi larva tingkat
ketiga (L3) yang bersifat infeksius. Larva tingkat
ketiga disebut sebagai larva filariform. Larva filariform
dalam tanah selanjutnya akan menembus kulit terutama kulit tangan dan kaki, meskipun dikatakan dapat juga menembus
kulit perioral dan
transmamaria.
7. Kebiasaan
defekasi anggota keluarga
Perilaku defekasi
(buang air besar) yang kurang baik dan di sembarang tempat diduga menjadi faktor risiko dalam infeksi
cacing tambang. Secara teoritik, telur
cacing tambang memerlukan media tanah untuk perkembangannya.
Adanya telur cacing tambang pada tinja penderita yang melakukan aktifitas defekasi di tanah terbuka
semakin memperbesar peluang
penularan larva
cacing tambang pada masyarakat di sekitarnya.
8. Perilaku
pengobatan mandiri pada anak
Masyarakat yang
hidup dalam lingkungan yang mendukung terjadinya penularan
merupakan kelompok beresiko tinggi. Apabila tidak diikuti dengan perilaku pemeriksaan dan pengobatan berkala, maka
peluang terjadinya infeksi cacing
tambang sangat besar. Perilaku pengobatan dapat merupakan salah satu faktor terjadinya infeksi cacing
tambang. Pengobatan infeksi cacing tambang
secara berkesinambungan sesuai aturan penggunaan obat merupakan upaya positif untuk menghindarkan diri dari infeksi
cacing tambang.
C. Gejala Klinis
Anemia defisiensi
besi akibat infeksi cacing tambang menyebabkan hambatan
pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Pada wanita yang mengandung, anemia defisiensi besi menyebabkan
peningkatan mortalitas maternal, gangguan
laktasi dan prematuritas. Infeksi cacing tambang pada wanita hamil dapat menyebabkan bayi dengan berat badan
lahir rendah. Diduga dapat terjadi transmisi
vertikal larva filariform A. duodenale melalui air susu ibu. Pada daerah subsahara Afrika sering terjadi
infeksi campuran cacing tambang dan malaria
falsiparum. Diduga infeksi cacing tambang menyebabkan eksaserbasi anemia akibat malaria falsiparum dan sebaliknya.
Kebanyakan infeksi cacing tambang bersifat
ringan bahkan asimtomatik. Dalam 7-14 hari setelah infeksi terjadi ground itch. Pada fase awal, yaitu fase
migrasi larva, dapat terjadi nyeri tenggorokan,
demam subfebril, batuk, pneumonia dan pneumonitis. Kelainan paru-paru biasanya ringan kecuali pada infeksi
berat, yaitu bila terdapat lebih dari 200
cacing dewasa. Saat larva tertelan dapat terjadi gatal kerongkongan, suara serak, mual, dan muntah. Pada fase selanjutnya,
saat cacing dewasa berkembang biak dalam saluran
cerna, timbul rasa nyeri perut yang sering tidak khas (abdominal discomfort). Karena cacing tambang
menghisap darah dan menyebabkan
perdarahan kronik, maka dapat terjadi hipoproteinemia yang bermanifestasi sebagai edema pada wajah,
ekstremitas atau perut, bahkan edema anasarka.
Anemia defisiensi besi yang terjadi akibat infeksi cacing tambang selain memiliki gejala dan tanda umum anemia, juga
memiliki manifestasi khas seperti atrofi papil
lidah, telapak tangan berwarna jerami, serta kuku sendok. Juga terjadi pengurangan kapasitas kerja, bahkan dapat
terjadi gagal jantung akibat penyakit jantung
anemia.
D. Cara Penularan
Cacing masuk ke
dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar telur-telur
cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing
dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh
manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air
yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami
tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel
pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada
makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari
satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan
berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing
mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing
gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Cacing cambuk
menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat
gizi dan darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa
menghasilkan 200.000 telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja,
dalam sehari mereka sanggup memproduksi 600.000 telur.
E. Pencegahan
Untuk dapat
mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan terapi
merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran
infeksinya. Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula
dikerjakan. Menjaga kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan
adalah merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi
cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada anak-anak usia
sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang sangat peka untuk menanamkan
dan memperkenal¬kan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.
Beberapa Tips
Pencegahan :
Cucilah tangan
sebelum makan.
Budayakan kebiasaan
dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum
makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua meneladani. Dengan
mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur cacing ke mulut sebagai
jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di perut kita.
Pakailah alas kaki
jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya pun beragam
macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus ataupun
Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing yang
menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui trayek
saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva Migran
(dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva:
larva, migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini
tumbuh dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab
itu Anda akan anemia. *Lha wong berbagi darah dan hidup dengan cacing
Gunting dan
bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di antara kuku
Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
Jangan buang air
besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran baiknya
dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih banyak
warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini maka
kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya.
Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang
yang sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi
parasit cacing ini.
Bertanam atau
Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk menyiram tanaman.
Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik mungkin. Menjaga
alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.
Peduli lah dengan
lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika air yang
digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur cacing
bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke meja
makan.
Cucilah sayur dengan
baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir. Mengapa
demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir, di
samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang
mengalir. Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas
mengolah Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
Hati-hatilah makan
makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang sanitasinya buruk.
Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk. Yang harus
diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita makan
sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita rasakan
manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat dilihat
pada artikel Diet Sunda ini.
Buanglah kotoran
hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau anjing pada tempat
pembuangan khusus
Pencegahan dengan
meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda yang risiko tinggi
terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering bermain
pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering
berhubungan dengan tanah.
F. Pengobatan
Penanganan untuk
mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan yang dianjurkan.
Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-lain) merupakan
anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang disebabkan
parasit cacing.
Intervensi berupa
pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan albendazole 10
mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapay mengurangi
angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
Paduan yang serasi
antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat keberhasilan yang
memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi secara
maksimal, tuntas dan paripurna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar